Minggu, 10 Juni 2012

My Umroh Journey : Madinal Al Munawaroh (3)

Melanjutkan cerita ketika saya habis saja mengunjungi raudlah...

Setelah agak lelah mengunjungi raudlah, saya dan keluarga saya pun pulang ke penginapan.  Sebelum pulang ke hotel, kami menyempatkan  diri untuk mengambil beberapa pose di depan Masjid Nabawi.
Di depan masjid Nabawi (kami sekeluarga:))

Saya ingin berbagi certa sedikit. Saat saya di Madinah, musim ternyata sudah memasuki musim panas. Jadi kami kemana-mana harus pakai masker yang dibasahi. Selain untuk melindungi hidung, juga biar kulit wajah tidak terlalu kering, karena walau udara disana panas, tapi kering sekali, jadi kulit wajah dan bibir rawan kering, bahkan untuk bibir bisa pecah2. Saran saya, rajin gunakan pelembab wajah dan bibir. Oiya masker juga untuk mencegah agar hidung tidak berdarah. Pengalaman, karena udara yang kering, hidung saya rawan berdarah.

Oiya, tambahan informasi sedikit, di depan masjid Nabawi terdapat kompleks pemakaman yang besar sekali. Namanya makam Baqi (agak keliatan tuh di foto, dinding di bagian kanan foto). Kompleks pemakaman tersebut adalah tempat dimakamkannya para sahabat dan keluarga Rasul, seperti Aisya, Abu Bakar, dan lain sebagainya. Sayang, aturannya disini hanya kaum pria yang diperbolehkan untuk masuk, wanita tidak. Ayah saya sempat masuk kesitu dan mengambil banyak foto disana. Saya jadi iri:(

Sesampainya di hotel, karena badan ini masih mengantuk, maka mumpung ada kesempatan, saya pun menyempatkan diri untuk tidur sebentar. Lumayan ^.^

Setelah beristirahat, sekitar pukul 11.30 siang, kami pun kembali lagi ke masjid Nabawi. Tujuan kami untuk sholat Dzuhur hingga, insyaAllah isya.

Alhamdulillah, pada hari itu, kami sekeluarga (dikurangi dengan Eyang dan Eyang Eni yang beristirahat di hotel) berhasil sholat dari dzuhur-isya di masjid :) Hal itu saya lakukan dengan perjuangan yang cukup berat lho kawan. Pertama karena saya ini orangnya gampang mengantuk, ditambah dengan kondisi yang masih agak jetlag. Tapi alhamdulillah saya kuat seharian di masjid. Setelah shalat isya, kamipun pulang ke hotel dan beristirahat. Sebelumnya ustad hafis mengingatkan bahwa esok hari kami sudah harus siap lagi di masjid pukul 7 pagi, karena kami akan melakukan tour keliling kota.

Esoknya, kami bangun agak telat. Rencananya, kami hendak bangun pukul 2 malam untuk melakukan sholat tahajud, nyatanya kami baru terbangun pukul 4 kurang. Wah untuk sholat subuh saja, sudah mepet nih. Kami pun melakukan persiapan yang secepat kilat, dan bergegas untuk berangkat ke masjid, karena pukul 4 lebih lima belas sholat subuh sudah dimulai, dan kami takut terlambat.

Suasana Subuh
Benar saja, ketika kami sampai di halaman masjd, rakaat solat terakhir baru saja dilakukan, dilanjutkan dengan salam. Yaah kami telat sholat subuh berjamaah deh. Akhirnya dengan terpaksa, kami hanya berjamaah sendiri dengan rombongan kecil kami di pelataran masjid. Selesai shalat ada seorang bapak Arab menegur kami. Saya kira ada apa, ternyata posisi pak Mike sebagai jamaah salah, kurang ke kanan, karena jamaah lelakinya hanya 1 orang. Subhanallah, orang disana itu sangat peduli sekali ya... Bahkan salah posisi shaf saja, mereka mau menasehati. Sungguh bentuk budaya saling mengingatkan yang luar biasa:)

Setelah sholat subuh, kami berniat untuk explore mengelilingi masjid Nabawi, sesuatu yang belum sempat kami lakukan dari kemarin. Ketika kami mengexplore susasana masih gelap, tapi tentu saja di masjid ini super ramai ^^


Kubah Hijau, masjid Nabawi yang asli

Cerita sedikit, kubah berwarna hijau digambar sebelah kiri adalah kubah Masjid Nabawi yang asli (letak Masjid Nabawi asli), dan juga sekarang merupakan kawasan makam Rasulullah SAW. Kawasan Raudlah berada di dekat situ. Di Raudlah, kita bisa melihat pagar tertutup berwarna hijau, yang dihiasi kaligrafi Al Quran, yang mengelilingi makam Rasulullah SAW dan dua sahabat.


Saat mengexplore masjid nabawi, saya melihat proses payung raksasa masjid nabawi membuka. Indahnya melihat payung seukuran genteng rumah saya itu membuka:) hehe...Ditemani oleh berkas2 sinar pagi yang tambah menyemarakkan pagi.

Saat kami mengeksplore masjid Nabawi, kedua nenek saya kelelahan, alhasil beliau ditinggal disalah satu pintu untuk beristirahat, sedangakan kami yang masih muda2 meneruskan acara explore ^^ hehe maaf ya eyang. 

Kawasan Masjid Nabawi sangatlah besar, dengan 4 sisi yang masing2 sepanjang +- 500 meter. Karena keterbatasan waktu dan juga kelelahan, kami hanya menjelajahi 1 sisi. Karena waktu telah menunjukkan waktu dhuha, kamipun mengambil wudhu lagi, lalu sholat Dhuha di pelataran masjid. Rencananya kami akan kembali lagi menjemput kedua nenek saya yang masih menunggu di salah satu pintu. Sesampainya kami di tempat nenek, kedua nenek saya sih masih ada. Tapi ayah saya dan pak mike belum tiba, berhubung kami tadi terpisah, karena area sholat pria dan wanita berbeda. Kami menunggu kurang lebih setengah jam. Rupanya ayah saya dan pak mike memutari masjid Nabawi secara keseluruhan, pantas saaj lama batin saya. Gawat padahal kami janji akan tiba di hotel jam 7 pagi, sekarang sudah pukul 7 lewat, kami telat deh janjian dengan ustad hafis.


Sesampainya kami di hotel, tampak ustad hafis dengan wajah yang agak tidak enak cenderung jutek dan datar, mengatakan bahwa kami terlambat, tadi mobil jemputan untuk jalan-jalan sudah datang. Tapi kami tidak kunjung tiba, si mobil tidak mau menunggu, sehingga pergi. Dengan wajah yang masih tertekuk dia pun berkata kalau dia harus mencari mobil (alias taksi) lagi .

Kita agak2 syok dengan tingkah laku dia, telat gitu aja reaksinya gitu banget sih kayak anak kecil ngambek. Yah saya bilang saja ke kakak saya kalau ustadnya maklum lah masih muda, jadi masih ababil hehe. maaf ya ustad, tapi menurut saya emang begitu.

Karena masih menunggu mobil yang belum datang, kamipun sarapan dulu, lumayan sarapannya enak, saya jadi nafsu makan. Sekitar pukul setengah sembilan, mobil jemputan datang, kamipun berangkat. Sebelumnya saya tidak tahu menahu mau ke mana saja, saya hanya mengikuti arus saja.

Ternyata tujuan pertama kami adalah masjid Qiblatain. Majid Qiblatain adalah masjid dimana Easul mendapatkan wahyu untuk merubah arah sholatnya dari Masjidil Aqsa ke Kakbah di Mekah. Oleh karena itu disebut masjid Qiblatain atau dua Qiblat. Sayang kami tidak turun disitu, kami hanya lewat saja karena keterbatasan waktu. Masjidnya cukup besar dan indah, namun karena kecepatan mobil saya tidak sempat memfotonya :( 

Selanjutnya kami ke Jabal Uhud, yaitu tempat Rasul melakukan perang Uhud.
Jabal Uhud

Tempat pasukan pemanah bersandar,



Tujuan selanjutnya adalah masjid Umar. Sebenarnya objek utamanya bukanlah masjid Umar yang besar, melainkan masjid kecil disebelahnya, yang sayang saya lupa namanya. Masjid kecil tersebut merupakan tempat Rasulullah menyendiri dan berdoa kepada Allah SWT selama 3 hari 3 malam, ketika hendak menghadapi suatu perang.
Masjid Umar yang ramai sesak

Masjid kecil tempat Rasulullah menyendiri, di daerah kiri Masjid Umar.

Masjid tempat Rasulullah menyendiri tersebut adalah masjid dengan bentuk kotak, kecil, berwarna krem, diatasa bukit itu. Ya memang terlihat kecil, namun bersejarah. Saat disini saya juga hanya melihat dari atas mobil saja, yah karena keterbatasan waktu, berhubung saat itu hari jumat.

Setelah dari masjid umar, kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Quba. Nah disinilah alhamdulillah kami turun dari mobil. Disitu kami hanya diberi waktu 15 menit oleh si ustad untuk sholat Dhuha. Konon, sholat di Masjid Quba pahalanya setara dengan beribadah umroh. 

Masjid Quba dikejauhan
Arsitektur masjid Quba terbilang simple, namun sangat khas timur tengah, dengan warna putih bersih, sehingga sangat indah terlihat dari kejauhan. Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah ketika pindah ke Madinah.

Daerah untuk menuju area shalat pria


Saat di Masjid Quba ada kejadian kecil yang agak menghebohkan. Pasalnya ketika kami sedang asyik berfoto2, kami tidak terlalu berkonsentrasi dengan keberadaan nenek2 saya. Selesai kami berfoto ria, rupanya nenek2 saya tidak ada disekitar situ. Seketika kami panik. Saya dan kakak mencari nenek ke kamar mandi, tapi tidak ada, bahkan sempat bertanya-tanya dengan petugas kebersihan toilet, tidak ada juga. Ayah dan pak mike memutari masjid. Ibu juga mencari2. Kami semua panik. Haduh ini mana sudah sepuh2 kan, jelaslah kami khawatir.

Eheh ternyata kedua nenek yang ayu2 ini, telah kembali ke mobil. Jadi tadi si ustad mengajak beliau berdua untuk kembali ke mobil, tanpa sepengetahuan kami. Haduuh ustad, ngobrol kek dari tadi, kita kan jadi repot sendiri....

Nah setelah habis dari masjid Quba, kami menuju ke pasar kurma madinah. Tadinya saya berekspektasi kami akan ke kebun kurmanya, ternyata tidak:(. Jadi kata ustad, kalau ke kebun kurma biasanya yang rombongan besar, dengan membawa bus, nah berhubung rombongan kita kecil, ke pasar kurma saja yaa.. huuuh, yasudahlah tidak apa2, yang penting bisa icip2 kurma ^^.

Pasar kurma ternyata letaknya tak jauh dari hotel kami. Hanya sekitar 1 km, saya tahu karena saat ke pasar kurma eh melewati hotel kami. Pasar kurmanya, sepertinya tidak terlalu besar, berupa pertokoan. Namun saya juga kurang tahu, karena saya tidak menjelajah sampai ke belakang. 

suasana pasar kurma


kios tempat kami membeli kurma

Di pasar kurma, kami mampir ke sebuah toko yang letaknya paling depan. Disitu dijual kurma, dari kurma ajwa sampai kurma susu. Kurma ajwa adalah kurma nabi, yang dalam hadits Rasul sahih, disebutkan barangsiapa yang makan kurma ajwa satu tiap harinya akan terhindar dari penyakit dan sihir. Kurma Ajwa harganya mahal sekali kawan. Satu kilonya sekitar 150 ribu rupiah. Itupun ada grade2nya, yang lebih bagus lebih mahal lagi. Sedangkan karena saya tidak mau beli yang mahal2, saya membeli kurma susu yang murah, 30 real per kilonya, atau sekitar 75ribu. Saya hanya membeli setengah kilo saja, karena takut tidak kemakan kalau banyak-banyak. Sedangkan ayah saya membeli kurma ajwa yang mahal itu 2kilo. Sebenarnya saya agak keberatan, kan mahal tuh, kenapa beli banyak sekali. Tapi ya sudahlah, insyaAllah kan buat obat.

Oiya sekedar informasi, rata-rata penjual di Madinah dan Makkah bisa berbahasa indonesia yang sederhana, yah untuk transaksi jual beli. Jadi jangan takut tidak bisa menawar :) . Rata2 penujual disana juga mau menerima rupiah untuk pembelian.

Puas belanja kurma, kamipun kembali ke hotel. Jalan-jalan Madinah pun ditutup di pasar Kurma...

To be continued 












0 komentar:

Posting Komentar