Rabu, 06 Juni 2012

My Umroh Jouney :Madinah Al Munawaroh

Kali ini saya ingin bercerita tentang perjalanan saya yang memperkaya jiwa ke tanah suci..
Semuanya diawali dengan perjuangan yang panjang..
Awalnya semiua jadwal umroh telah beres, paket telah dibayar, koper telah di kunci, jiwa raga telah siap berangkat. Namun ternyata biro kami bermasalah, biro bermasalah dengan likuiditas cash, alias cash tipis. Dengan perjuangan kesana kemari, lobby kesana kesini, mencari-cari orang kesana kemari akhirnya, akhirnyaa... saya sekeluarga bisa berangkat umroh. Rombongan terdiri dari 6 orang, yaitu terdiri dari saya sendiri, ayah, ibu, kakak perempuan saya, nenek, dan adek nenek saya. Tiba2 ternyata rombongan kami ditambah lagi oleh satu kepala, yaitu seorang bapak dari daerah sumatra, yang nasibnya sama seperti kami, tertunda-tunda terus umrohnya. Nanti dan selanjutnya bapak tersebut akan saya sebut dengan pak mike :) (bukan nama sebenarnya).


Jadi ceritanya setelah perjuangan panjang kami untuk memperjuangkan keberangkatan umroh, akhirnya kami bisa berangkat umroh, alhamdulillah. Kami sampai di bandara pagi2 sekali, itungannya, karena penerbangan kami sendiri baru take off jam 1 siang. Kami telah datang dan sampai di bandara sekitar pukul sembilan. Sembari menunggu waktu keberangkatan kami makan bekal-bekal yang spesial disipkan oleh salah satu nenek saya yang di Jakarta, lumayan lah, Laziss......gratis lagi hehehe. Sekitar pukul sepuluh, orang dari biro datang  juga akhirnya ke bandara.

Tak lama kemudian pak mike datang dengan sergam batik khas yang sama persis seperti yang kami gunakan, tak pelak dari kejauhan pak mike langsung mengenali kami.  Ia mengenalkan diri, dan bercerita bahwa ia akan menjadi satu rombongan dengan kami untuk sembilan hari kedepan. Setelah itu karyawan biro meminta paspor dan tiket pesawat kami, untuk sehabis itu mengurus check in dan bagasi kami.

Tak lama setelah pak mike datang, datanglah si bos besar biro perjalan umroh yang kami tumpangi. Dengan wajah nyengar-nyengir dan tampang tidak berdosa, beliau mendatangi kami, mengingat setelah apa saja yang telah terjadi. Saya tidak akan membahas apa masalah diantara kita, cukup kami dan Allah sajalah yang tahu, yang jelas sekarang kami sudah mau berangkat, dan kami tidak mau mengungkit apa yang telah terjadi. Setelah selesia check in semuanya, kmai lalu masuk ke pintu masuk keberangkatan, kalau tidak salah di terminal F, haha, saya juga sudah lupa. Setelah masuk dan kurang lebih setengah jam menunggu, masuklah waktu dzuhur. Maka kami pun melaksanakan sholat dhuhur di musolah yang ada di basement ruang tunggu. Setelah selesai menunaikan sholat, sudah waktunya kami boarding. 

Kami boarding sekitar pukul 12.20. Wah hati ini campur2 rasanya... Antara deg2an, excited, agak takut naik pesawat, seneng, yah macam2 lah. Bisalah orang katrok jadi jarang naik pesawat :D. Sekalinya naik pesawat langsung yang jarak tempuh jauh pula, senangnya. So this is my first long distance international flight, Horee!!!. Setelah mencari tempat duduk, lucky me saya dapet tempat duduk di deket jendela... Wah senang rasanya, karena kalau di deket jendela it means saya punya kesempatan untuk melihat pemandangan saat take off dan landing
hahah, kakak saya, si mbak sya langsung super jealous sama saya...hehehe

Saat Take off dari riyadh mnuju madinah

Sekitar pukul 9 malam waktu indonesia, atau masih pukul 5 sore waktu arab saudi, kami mendarat di bandara international king khalid di Riyadh. saya pikir wahh ini di indonesia udah malem nih, seharusnya saya sudah mulai mengantuk, tapi lihat...di luar sana langit masih cerah terang benderang, subhanallah...jet lag telah dimulai. Namun karena susasana di luar jendela yang masih terang benderang, alhasil saya pun jadi tidak mengantuk. oiya saya mau cerita waktu kita baru take off dari bandara soetta tadi, sekitar setengah jam setelah take off, terjadi air turbulence yang lumayan menegangkan. Secara naik pesawat juga jarang, dan air turbulence itu cukup sangat terasa, perut seperti dijatuhkan, lalu dijatuhkan kembali hingga beberapa kali, hoeekk...Air turbulence berlansung cukup lama, sekitar satu jam, baru setelah itu keadaan jadi lebih normal.

And back to the point when we arrive at Riyadh, kita transit di riyadh selama kurang lebih satu jam. Kami tetap stay di dalam karena jangka waktu transit yang pendek. Setelah menunggu satu jam, kami pun berangkat lagi menuju bandara AMAA madinah. Kali ini perjalanannya singkat saja, kurang lebih satu jam dari riyadh. Sekitar pukul 7 malam waktu arab saudi, kami tiba di bandara AMAA madinah. Ketika keluar pesawat, udara malam langsung menerpa wajah saya, panas, kering, menggigit. Wah malam saja sepanas ini batin saya. Kesan pertama saya, udara disini seperti saat kita membuka oven, lalu wajah kita menghadap ke oven yang baru terbuka.

Turun dari pesawat, kami dijemput oleh shuttle yang bentuknya mirip dengan busway di jakarta, cuman tidak terlalu tinggi. Setelah masuk ke bandara, kami langsung menuju tempat pengambilan bagasi, kesan saya begitu melihat para pekerja di bandara, serem2 ya, pandangannya *maaf* seperti tajam ke wanita. Belakangan baru saya sadari kalau mereka itu bukan penduduk asli madinah, mereka pendatang dari negara2 seperti pakistan, dan sebagainya.

Setelah selesai mengambil bagasi, kami semua menuju bagian imigrasi. Tidak ketat rupanya, antri pun tidak, hanya siapa cepat dia yang dapat. Petugasnya, ehem, yah itungannya pada good looking lah. Awalnya proses imigrasi berjalan dengan lancar, hingga saya melihat ada seorang lelaki muda, mungkin baru berumur awal 20an, bergamis putih ,menarik paspor ayah saya dan tidak mau melepaskannya. Otomatis saya panik, saya tidak melihat keluarga saya di sekitar ayah saya, maka saya pun ikut maju menghadapi pria bergamis itu. Ayah saya terlihat sedang mencoba menarik-narik paspornya dari lelaki bergamis itu, namun si lelaki bergamis tetap kekeuh memegang paspor ayah saya. Saya curiga dia itu agen gelap yang mau menawari ayah saya taksi dan penginapan. Saya agak panik. Langsung saya ikut maju dan menerangkan bahwa kita disini udah ada yang mengurus, namanya pak ahmad. Tapi dia masih kekeuh.

Para petugas imigrasi yang melihat diam saja, malah nampak seperti mendukung si lelaki itu. Setelah itu keadaan berlangsung agak cepat, saya lupa apa persisnya yang terjadi, pokoknya rombongan kami sudah tiba di luar untuk menunggu pak ahmad, dan si lelaki bergamis tetap kekeuh untuk menunggu sampai penjemput kami datang. Saya pikir kekeuh banget nih supir taksi cari penumpang. Si pria bergamis nampak menelpon temannya, lalu datanglah pria bergamis yang satunya yang namapak lebih senior ketimbang sebelumnya, dan mengecek apa yang sebenarnya terjadi. Mereka lalu meminta nomor paspor ayah saya, dan terlihat menelpon dan melaporkan sesuatu. Ibu saya ikut menjelaskan bahwa kami telah memiliki penjemput yang bernama pak ahmad (bukan nama sebenarnya).

Ayah saya menelpon pak ahmad dan menjelaskan kadaan yang terjadi. Si pak ahmad bilang bahwa si penjemput sudah datang, dan sebentar lagi akan datang. Tak berapa lama, datanglah seorang lelaki muda, dengan celana jeans, kopiah, dan kemeja lengan pendek putih. Berumur awal 20-an, tidak terlalu tinggi, mungkin setinggi kakak saya, it means lebih tinggi saya ketimbang dia. Ia memperkenalkan diri bahwa dia anak buah pak ahmad, namanya ustad Hafis (bukan nama sebenarnya). Ya walau masih muda, sejak saat itu kami menyebut dia ustad. Ia memohon maaf kepada dua lelaki bergamis yang mengambil paspor ayah saya tadi atas keterlambatannya menjemput, ya kira2 dia ngomong seperti itulah, saya juga tidak mengerti, karena dia berbicara dalam bahasa arab. Ia lalu memperkenalkan diri pada rombongan kami.

Setelah sedikit berbasa-basi, ustad hafis mencarikan taksi untuk kami tumpangi. Taksinya cukup besaaar. Berbentuk seperti elf. Setelah masuk taksi, kami pun melanjutkan perjalanan menuju penginapan kami. Di dalam taksi ustad hafis mengucapkan selamat datang, ia pun memberikan penjelasan singkat tentang apa yang akan kami lakukan 7 hari ke depan. Ia juga menjelaskan bahwa lelaki gamis yang menarik paspor ayah saya tadi adalah petugas yang tugasnya memang memastikan bahwa pendatang yang akan datang kesitu tidak berniat untuk umroh melaikan diri, lalu menjadi TKI. Seperti yang bayak telah terjadi. Namun menurut saya pribadi cara mereka untuk memastikan itu agak kasar bagi saya. Mereka tanpa mau menjelaskan, tiba-tiba menarik paspor ayah saya. Saya rasa itu bukan cara yang sopan untuk menyambut tamu yang datang jauh2 dari belahan dunia lain untuk beribadah. Seharusnya ada prosedur, yang walau birokratis, namun sopan. Ya saya doakan saja semoga kejadian seperti itu tidak terjadi kembali pada warga negara indonesia lainnya yang hendak beribadah umroh.

Ketika di perjalanan menuju penginapan, saya sempat memperhatikan keadaan malam di madinah. Tidak terlalu ramai. Madinah adalah kota yang cukup besar, tapi bukan tipe metropolitan seperti Jeddah misalnya. Disini bangunan hampir serupa. Kotak-kotak dengan warna sekitar krem, coklat, terkadang ada terracota. Di beberapa sisi jalan antara bandara dan penginapan terlihat beberapa toko-toko furniture yang cukup mewah. Beberapa saat berlalu, di kejauhan tampaklah menara Masjid Nabawi, subhanallah hati ini senang rasanya. Sekitar 5 menit kemudian kami sampai di penginapan. Penginapan kami tidak terlalu jauh dari masjid nabawi. Nama penginapan kami Al Jazeerah. Kami menginap di lantai 2. Kamarnya berbentuk apartemen dengan 3 kamar, 2 kamar mandi, 1 dapur, plus satu ruang makan + TV. Kamarnya cukup bersih dan terawat. 1 kamar terdiri dari 4 tempat tidur. Berhubung kami perempuan ber5, maka ada 3 tempat tidur yang digabung untuk dipakai 4 orang. Sedangkan bapak2 dan ustad tidur di kamar satunya. Satu kamar lagi memang tidak terpakai dan terkunci.
Pemandangan dari kamar tidur hotel kami

Karena hari telah larut, kami pun segera membersihkan diri dengan mandi lalu tidur. Berhubung besok kami akan memulai aktivitas pagi-pagi sekali....

To be continued....

1 komentar:

Makanan Dahsyat mengatakan...

OK deh ditunggu sambungan ceritanya

Posting Komentar